copyright @ x-one. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Memendam Rasa Rindu


Assalamu'alaikum..... 
Guys,, maaf ya lama gax posting... sibux dengan tugas2 di sekolah.... kacau.....
eh ni tiba-tiba gue nemuin cerpen di Notebook gue.... gue sndiri lupa kapan gue bikin'y... gw jg gax nyangka kalo itu gw yg bikin.... mgkin ini cerpen pertama gw..... sbagian kata mgkin msh ngutip dr org lain... tapi maaf gax gw cantumin,,gw sendiri aja lupa kalo gw p'nah bikin ni cerpen....
Ya udah langsung ajja... Cekidotzzz..... ^~^


Memendam Rasa Rindu
Semakin aku usir semakin ia hadir, dan semakin kulupakan, semakin ia membelenggu pikiranku. Kusadar kini mungkin hatiku memang milikmu biarpun jauh kularikan diri. Namun ia tetap melingkar di tangkai naluri.
Kulangkahkan kakiku, membuka tirai jendela. Memandang gumpalan awan tipis yang menyelimuti langit. Seekor burung kenari bernyanyi dengan merdunya di depan kamarku. Hamparan padang rumput membuat suasana pagi itu semakin indah.
”Dhi, indah sekali udara pagi ini” kataku kepada Adhi, sahabat sekamar kostku yang sedang mandi sembari bernyanyi dengan suaranya yang setengah pas-pasan.
Tak ada sahutan darinya.
“kamu mau ikut aku lari pagi gak?!” aku berteriak sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Oh ya tentu donk, tungguin bentar.” kali ini ia mendengar teriakanku.
“Ya buruan”jawabku singkat.
Setelah selesai berdandan layaknya artis holywood mereka pun langsung menuju ke sebuah taman yang tak jauh dari tempat kost mereka.
“Hey, gimana hubungan kamu dengan Dinda?” tanya Adhi dengan penuh tanda tanya.
“Ah, biasa-biasa aja”, jawabku singkat.
“Masa’ sich?kulihat makin lama hubungan kalian makin dekat. Ayolah crita dengan sahabatmu ini!” tanya Adhi dengan penuh harap.
“Iya sich Dhi, semakin lama Aku semakin dekat dengannya tapi aku sendiri tak tahu gimana perasaanku padanya. Apalagi udah berkali-kali Dinda nyatain cinta ke aku Dhi”,curhatku pada sahabat baikku.
“Lha trus?”
“Ya slama ini aku slalu menolaknya, baru 2 hari kemaren dia nyatain cintanya lg ke aku.”
“kamu tolak lagi?”
“Ya gak sich, aku blum menjawabnya. Aku takut gak bisa bahagiain dia.”(Uuh,,,,So sweet)
“Kenapa?”
“ya kamu tahu sendiri kan,  aku ini orangnya super sibuk, apalagi bentar lagi aku mau nglanjutin study ke luar negeri”
Tiba-tiba dari kejauhan kulihat Dinda, sesosok gadis cantik, menarik, rambutnya sebahu tak berketombe, kulitnya kuning langsat bagai bidadari yang turun dari kahyangan.
“Wah pucuk dicinta Sayangmu pun tiba Sob”, ledek Adhi.
“Ah kamu nie! Sssttt!!!!”
“Pagi Dinda!”sapaku pada gadis manis itu. Bersamaan dengan Adhi.
“Pagi Adhi,,Pagi Kanda!” jawab Dinda dengan senyumannya yang merekah membawa kedamaian di hati.
(wah… serasa mau melayang dipanggil kanda hehehe…)
Namun Hatiku bertanya-tanya, tak seperti biasanya Ia memanggilku Kandha, biasanya Ia hanya memanggilku dengan sebutan Akang. Mungkinkah Ia sekarang sudah menganggapku lebih dari sekedar sahabat ataukah karena aku memanggilnya Dinda?(Itoe kan emang namanya, mau dipanggil apalagi coba)
“Wah jadi pihak ketiga dong gue?!”, gumam Adhi dalam hatinya dan kemudian langsung berpamitan untuk nglanjutin olahraga. Aku dan Dinda hanya melangkahkan kaki sejengkal demi sejengkal menyusuri taman nan hijau.
“sialan tuch Adhi, bukannya bantuin gue malah kabur!”, gumamku sambil memikirkan bagaimana caranya agar tidak salah tingkah di depan Dinda.
“Kanda, kudengar Kanda akan melanjutkan study ke luar negeri ya?”
Mendengar itu, pikiranku terbang melayang, aku bingung mau jawab apa. Tak tega ku mengatakannya karena slama ini cintanya belum ku balas.
“Apakah Kanda akan tetap pergi ?” Tanya Dinda sambil menatap wajah teduhku yang menunduk memandangi paving di sepanjang jalan.
”Maafkan daku Dinda, aku memang harus pergi mengejar impianku slama ini” jawabku dengan suara lirih.
Genangan air menyelimuti matanya yang tak lama menjadi butir-butir bening seperti embun. Ku peluk Dinda dengan sebelah tangan kananku sambil tetap terus berjalan menyusuri taman.
Kucoba menenangkan gadis manis ini, dan tak berapa lama butir-butir embun dari matanya tak lagi muncul. Hati Dinda mulai tenang. Kuajak Dinda duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon yang cukup rindang.
”Dinda, Kanda minta maaf dari hati Kanda yang paling dalam”, kataku dengan sedikit mesra.
”Baiklah Kanda, kalau memang itu kehendak Kanda, Dinda tidak bisa melarangnya, Dinda hanya bisa berdo’a demi kesuksesan Kanda.”
”Terimaksih Dinda”. Jawabku singkat.
”Namun sebelum Kanda pergi, Dinda ingin menanyakan jawaban kepastian dari Kanda atas pertanyaan Dinda dua hari lalu. Gimana Kanda?Apakah Kanda mau berlabuh di hati Dinda?”
”Maaf Dinda. Kanda belum bisa menjawabnya sekarang. Esok hari tanggal 26 April Kanda akan menjawabnya. Pada hari itu Kanda menerima hasil seleksi beasiswa Kanda.”
”Baiklah Kanda, Dinda akan slalu setia meunggu Kanda.” Jawab Dinda.
Hari semakin terik. Panasnya sinar mentari mulai menyengat kulit. Kuputuskan untuk mengakhiri perbincangan kami pagi itu. Kuantarkan Dinda ke rumahnya yang kebetulan searah dengan jalan menuju kostku.
Keesokan harinya tanggal 26 April, ternyata aku diterima di dua jenis program, yaitu short program dan long program.. Kebimbangan memenuhi seluruh pikiranku. aku tak langsung memutuskannya.
Tiba-tiba aku teringat akan sosok Dinda yang sangat mencintaiku dengan sepenuh hatinya. Terlintas sebuah pertanyaan ’mungkinkah hatiku ini miliknya?’. Kuputuskan untuk pergi ke mushola dan memohon petunjuk kepada Sang Pencipta.
Tak lama kemudian, akhirnya aku memutuskan untuk memilih program jangka pendek. Dengan diantar oleh Adhi menggunakan Skyline yang baru kami beli, aku menemui Dinda di rumahnya.
”Dinda engkau telah mengetuk pintu hatiku dan kau pancarkan cahaya kehidupan hingga aku berpijar.  Kau masuk dalam hidupku dan kau buat aku merasakan makna cinta sejati. ” ujarku sok puitis
”Kanda sepanjang kehidupanku, aku slalu mencari sebentuk kelembutan hati cinta sejati.  Kini usai sudah segala penantian panjangku, setelah kutemukan dirimu.  Hanya di hatimu akan kulabuhkan hidupku karena Kakandalah cinta sejatiku.  Bimbinglah daku selalu dalam pelukmu Kanda.” jawab Dinda lebih puitis dariku (wah wah wah)
”Dipenghujung mudaku telah kupilih dirimu sebagai pendamping hidupku, sampai akhir lajangku telah kau yakinkan aku untuk kuhabiskan hidupku bersamamu.  Telah kujelajahi dunia dan aku terhenti karena sosok dirimu yang meruntuhkan egoku”
Ayah Dinda keluar dan akku langsung menjabat tangan beliau. Kusampaikan maksud kedatanganku bahwa sepulangnya aku menempuh pendidikanku di negeri orang aku akan meminang Dinda untuk menjadi pendamping hidupku. Alhamdulillah, orang tua Dinda menerima lamaranku.
Setelah selesai berbincang-bincang aku segera berpamitan karena keesokan harinya aku harus berangkat.
Tak terasa waktu satu bulan tlah terlewati. Pendidikanku di luar negeri tlah selesai, aku pun kembali ke Indonesia. Setibanya di negeri tercinta, aku langsung meminang Dinda. Aku menikah di usia yang masih tergolong muda. Tak peduli apa kata orang.
 Kami pun menjalani hidup dengan penuh senyuman. Hari-hari kami terlewati dengan tembang manis di hati kami masing-masing.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: